Kemarin hari Kamis,
Finna dan saya mengikuti lomba Catur se-Unesa dalam acara Dies Natalis Unesa
yang ke-48. Kami adalah dua-duanya peserta putri dari sekian banyak peserta
putra yang terdiri dari para mahasiswa, staf/TU/Satpam, dan dosen Unesa. Kami
sama sekali tidak takut menghadapi lawan-lawan kami itu, sebab memang kami
sudah bisa melihat masa depan(baca:
Kami yakin kami pasti tidak menang :D ). Maka dari itu, entah lawan kami adalah
dosen adalah satpam adalah presiden, gak peduli! Yang penting kami suka
main-main :D
Saya pribadi merasa sangat beruntung telah
mengikuti lomba tersebut, bukan sebab masa
depan yang saya yakini
meleset, nyatanya masa depan dalam gambaran saya memang 100% benar. Meski
demikian, saya mendapat pelajaran yang indahnya Subhanallah! Saya baru tahu
kalau sikap jelek seseorang itu akan terpantul lewat permainan mereka. Hal ini
berguna bagi seseorang yang ingin instropeksi diri. Namun, kejelekan ini baru
bisa tercermin manakala seorang pemain menemui kondisi atau persoalan yang
sangat baru. Oleh karena itu jika ingin melihat kejelekan diri sendiri,
hendaknya pemain catur bermain dengan musuh-musuh yang baru. kenapa? Karena:
bermain dengan lawan yang sama biasanya yang bersangkutan telah hafal bagaimana
permainannya, caranya menyerang, bertahan, trik dan tipuannya sehingga yang
bersangkutan tersebut-karena telah hafal-telah hafal jugalah bagaimana
menanggulangi problem-problem dalam permainan tersebut. Ya, mungkin ada beberapa hal/problem yang
baru, tapi itu terlalu lemah untuk dijadikan analisis kepribadian.
Terus?
Bedakan jika
seseorang dihadapkan pada problem-problem baru. Dari problem baru itulah akan
muncul langkah spontanitas, entah spontanitas itu juga didapat dari berpikir
atau sekedar spontan-spontan saja yang jelas langkah itu didapat bukan dari remembering
the previous moves/the previous problem solving. Alhasil, langkah spontan
itulah=siapa dia sebenarnya=titisan dari jiwanya=lukisan kepribadiannya!
Bukti I: