Berkenalan dengan GAD (Generalized Anxiety Disorder)
Pada sebuah rangkaian tes MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory), saya terdiagnosa mengalami gangguan Bipolar dengan skor yang hampir di ambang maksimal (skor angkanya), tetapi psikolog yang menangani saya lebih tertarik untuk memberi terapi pada GAD yang juga saya alami--tetapi skornya berada sedikit di bawah skor Bipolar saya.
Mengapa demikian???
Ada kemungkinan, si GAD inilah yang menjadi pencetus atau memperburuk bibit Bipolar milik saya. Jika saya menjalani terapi untuk gangguan Bipolar tetapi masih belum selesai dengan si GAD, besar kemungkinan efek dari Bipolarnya juga susah dihindari. Lalu, makhluk seperti apa itu GAD?
Generalized Anxiety Disorder adalah sejenis gangguan kecemasan secara umum (kalau spesifik bisa dibilang phobia, GAD bersifat general, cemas pada berbagai hal tanpa batas). Pada dasarnya semua manusia memiliki rasa cemas, karena itu merupakan bentuk dasar dari sebuah kewaspadaan yang merupakan sistem pertahanan diri secara naluriah. Ketika seseorang merasa terancam, secara alami tubuh akan memberikan alarm berupa kewaspadaan yang meningkat atau rasa cemas yang meningkat, hal ini penting untuk membuat tubuh seseorang melangkah atau bertindak lebih hati-hati.
Contoh kecil misalnya, ketika seseorang berjalan di atas sebuah jembatan licin yang terbuat dari potongan pohon pisang, secara alami ia akan merasa sedikit merinding, was-was, dan cemas, perasaan-perasaan seperti itu dimunculkan oleh tubuh agar seseorang itu bisa melangkah dengan lebih hati-hati.
Contoh berikutnya, pada suatu hari si A sedang berada di dalam sebuah bus dan bersebelahan dengan seorang pria kekar bertato, berwajah garang, sekaligus berpakaian bak tampilan seorang preman. Mendapati keadaan tersebut, meski belum tentu pria itu berbahaya, tubuh si A akan menyalakan alarm kewaspadaan, tubuh dan pikirannya dibuat siaga untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
Pada orang-orang dengan gangguan GAD, kecemasan itu muncul di sembarang tempat, di sembarang suasana, di sembarang waktu, dan sekaligus dalam level yang kadang-kadang cukup ekstrem. Tanpa dipicu oleh keadaan-keadaan yang berbahaya, orang dengan GAD akan secara kontinyu mengalami rasa cemas dan gelisah karena hal sepele pun bisa menjadi cukup memusingkan bagi para pengidap GAD.
Orang dengan GAD itu adalah orang yang SANGAT PANDAI BERBURUK SANGKA (setidaknya ini yang sering menghantui pikiran saya sejak dulu).
Berburuk sangka di sini sangat berbeda sekali dengan sifat SUUDZON yang mungkin sudah kalian pelajari di Madrasah.
Contoh sederhananya mungkin begini,
Ada sebuah kejadian seorang Mahasiswa mengirim WA ke dosennya untuk mengajak ketemuan dalam rangka revisi Skripsi, hingga berjam-jam, WA si mahasiswa hanya bercentang biru tanpa ada balasan.
Mahasiswa tersebut bisa dibilang Suudzon jika: ia kemudian membatin dan mengatakan jika si dosen itu cukup sombong karena tidak bersedia membalas WA mahasiswanya.
Mahasiswa dengan gangguan GAD akan berburuk sangka seperti ini: apakah saya salah memilih kata-kata? Apakah saya sudah lancang mengganggu waktu beliau? Apakah saya sudah melakukan kesalahan besar? Apakah beliau sangat marah sehingga tidak bersedia memberi kepastian tentang jadwal revisi skripsi? Apakah kesalahan saya bisa dimaafkan? Apa yang harus saya lakukan? Saya telah membuat beliau marah pada saya. Bagaimana ini???!
Nah, bisa dibedakan kan??? Mana buruk sangka yang suudzon, dan mana buruk sangka yang dihasilkan dari GAD.
Uniknya, saya sendiri merasa bahwa saya adalah manusia yang cukup waras untuk bisa menganalisa mana bentuk kekhawatiran yang perlu dikhawatirkan dan mana kekhawatiran yang TIDAK PERLU dipedulikan. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku!!!
Saya sering memberi pengertian baik-baik kepada diri saya, tentang banyak hal, bahwa semuanya akan baik-baik saja, semuanya tidak perlu dikhawatirkan, kecemasan tidak akan membantu menyelesaikan segala hal, dan berbagai macam petuah-petuah bijak sudah saya sodorkan kepada otak dan pikiran saya.
But then, itu tidak membantu. Kami adalah orang-orang yang sepertinya memiliki otak dan pikiran yang tidak mau sejalan dengan instruksi yang kami berikan.
Ngaco ah!!! Kamu tuh cuma lebay aja! Baperan! Lembek!
Itu adalah racun yang tidak boleh kalian perdengarkan pada pengidap GAD. Kalian hanya tidak pernah mengalami sendiri bagaimana susah dan capeknya bertengkar dengan pikiran sendiri. Bertengkar dengan orang lain itu melelahkan, tetapi bertengkar dengan pikiran sendiri itu lebih membuat frustasi.
Ngomong-ngomong, biasanya apa sih yang dicemaskan oleh pengidap GAD?
Semua hal!!!
Kami bisa sangat cemas hanya karena melihat sebuah jembatan dilewati oleh banyak kendaraan. Cemas melihat kakek-kakek tua berjualan krupuk di jalan. Cemas ketika menyapa seseorang tidak dibalas. Cemas ketika diabaikan oleh penjual saat mengantre membeli sesuatu. Gelisah akan apakah dirinya sendiri cukup bisa diterima oleh orang lain, dan lain sebagainya.
Apa yang dibutuhkan oleh pengidap GAD?
Dukungan?
Tentu! Pengidap GAD gagal meyakinkan diri mereka untuk bersikap tenang dan rileks, jadi sugesti positif dan kepedulian orang terdekat sangat dibutuhkan untuk mengimbangi intimidasi isi pikiran mereka sendiri.
Terapi?
Ya. Terapi bisa menjadi alternatif yang cukup membantu. Terapi GAD biasanya berbentuk CBT (Cognitive Behavioral Teraphy), CBT ini muacam-macam modelnya yang pada intinya terapi ini mengajak para pengidap untuk mengubah atau melihat sudut pandang lain dari segala sesuatu yang menjadi masalah bagi pengidap. Pada GAD sendiri bisa diajak untuk terapi CBT dalam bentuk, belajar berpikir RASIONAL, karena GAD memang bentuk dari pikiran-pikiran ngawur yang tidak rasional (yang gagal dikendalikan).
Apa pemicu penyakit GAD ini??? Nah, kalau ini bisa sangat puanjang sekali penjelasannya. Tapi ada yang lebih penting lagi ketimbang mengorek-korek penyebab seseorang mengalami GAD, apakah itu?
Peluklah orang yang kalian sayangi dan beri mereka senyuman terhangat milik kalian...