![]() |
Laskar KF15 |
Well,
barangkali saya yang terakhir ngepost curhatan ini. Tapi sumpah, sejak dalam
perjalanan pulang, tangan udah gatel pengen ngetik-ngetik, apa daya ambeyen
kumat L
Pertama-tama,
marilah saya kenalkan diri saya. Nama saya, “Siti Nur Banin”. Mungkin se-indonesia
hanya saya yang memiliki nama itu, sayang sekali waktu saya search di gugel,
ternyata ada satu gadis Malaysia yang namanya sama persis!
Dan dia
kelahiran 1993 sementara saya 1991, dan, saya tidak menggugatnya atas dasar
kasus penjiplakan!
Kemudian
daripada itu, nama panggilan saya adalah Banin, yang artinya, anak laki-laki.
Jika penasaran mengapa nama saya begitu, cobalah tanya kepada bapak saya. FYI,
bapak saya sudah meninggal, maka, jika ingin bertanya pada beliau, silakan
menyusulnya terlebih dahulu (yang nganggep ini serius, berarti kurang piknik
:D)
Pada tanggal
29 Januari 2016, seorang wanita mungil bernama panggilan Banin mengikuti sebuah
kuliah singkat di Kampus Fiksi. Wanita tersebut ngotot mengikuti acara
tersebut, meski lagi hamil muda, adalah karena dia percaya, di sana (di gedung
kampus fiksi, di acara Kampus Fiksi 15) dia bisa makan dan nyamil gratis. Bagi
dia yang jeblosan anak kos, reward makan dan nyamil dan tidur gratis merupakan
hadiah yang maha dahsyat dan warbiyasah… Maka, persoalan hamil muda, bukanlah
perkara pelik yang bisa menggugurkan hasratnya. Bukankah toh adek bayi juga
butuh makan dan nyamil? Dia pasti juga bahagia tak terkira mendapati emaknya
dapat sarapan gratis!
Alasan lain
yang membuat Banin hadir dalam acara Kampus Fiksi adalah, karena dia berharap
suatu hari dia bisa menjadi penulis yang namanya bisa bertebaran di seantero
Indonesia. Mengapa?
Karena dia
terlalu capek menjelaskan bahwa namanya bukan ‘Hani’, ‘Hanin’, ‘Anin’, ‘Benin’,
‘Bani’, dan lain sebagainya. Nama Banin terlalu asing di telinga orang
Indonesia, sehingga, butuh sebuah perantara agar nama tersebut dapat dikenal
tanpa terpleset dengan nama-nama lazim yang lain. Harapannya, jika Banin jadi
penulis (Sukur-sukur terkenal), sekali berkenalan dengan orang,
‘kenalin,
saya Banin. Siti Nur Banin.’
‘Owalah… ini
Mbak Banin yang nulis Kambing Congek itu ya?’
Dan ya,
Banin tak perlu lagi repot-repot mengeja namanya B-A-N-I-N, saat berkenalan.
Okay,
kemudian, setelah Banin mengikuti Kampus Fiksi, apakah benar dia dapat makan
gratis dan jadi penulis terkenal?
Sebagaimana
dalam sambutan Om Edi selaku Bapak Rektor, beliau bilang, mengikuti acara KF
tak menjamin muda-mudi menjadi Tere Liye, yang bisa dijadikan jaminan pasti
adalah, alumnus akan mendapat keluarga baru.
Dan yes! Saya,
Banin, belum terkenal tapi saya mendapat dedek-dedek dan akak-akak baru. Terima
kasih sekali untuk kalian para peserta:
- Puput
Mentari
Yang sampai
saat ini mukenanya belum saya paketkan dan charger HP-nya saya rusakkan. Semoga
dikau lekas mendapat ganti yang lebih baik. Bukankah kehilangan adalah proses
penggantian dengan yang lebih baik??? #baper
- Mel Ara
Saya syok
berat begitu mengetahui kalau Meilanny adalah Mel Ara. Secara kami berteman di
FB sejak Januari 2014, dan dengan cara yang tidak sengaja, kami bertemu lagi di
Januari 2 tahun ke depan. (ceritanya si akak ini menggilai ghost2 writer
gitu,,, jadi dia menyembunyikan wajah dan namanya di FB)
- Ika
Vihara BS
Pertama kumelihatnya berdebar-debar di dada…
Hem… sumpah
saya kira emak satu ini masih 18 tahun kaya si Emma… eh.. ternyata sama-sama
emaknya kaya saya (usianya lho ya, kalau wajah sih, dia lebih imutan
dikit---banyakan emma :D)
- Heppy
Muslimah
Menjadi
muslim memang harus bahagia. Tapi Heppy ini menghiperbolakan kebahagiaannya. Harusnya
tak perlu heboh begitu, tapi, apa daya itu tak melanggar hukum. Lagipula,
namanya cantik (Tapi, orangnya seperti preman! Cocok dijadikan tukang palak
tukang bully dan tukang bubur naik bang Haji Rhomeo)
- Ervina bla
bla bla
Saya lupa
nama panjang kakak ini. Yang jelas saya ingat sekali, style kakak ini adalah
gaya-gaya wanita karier kekinian. Praktis, seksi, rapi, dan dewasah…
- Kakak
Eka Restu
Taraa… dia
juga seorang bumil… tapi kelihatannya dia lebih bahagia ketimbang saya. Usut punya
usut, ternyata suaminya diboyong juga pas acara KF. Pantesan bahagia… berasa hanimun kan…
- Emma si
A Ling
Begitu
melihat mata sipit Emma yang kebetulan saat itu dia pakai baju merah, saya
langsung mengajak anak-anak penghuni kamar untuk memanggilnya A Ling! Dia adalah
gadis mungil tak berdosa. Suatu hari saat saya menjadi imam solat dan Emma
berada di arah tenggara, saya berkata,
‘Emma, kalau
kamu duduk situ hadap sini, aku gak bisa konsen solat. Kamu hadap tembok aja ya
sampe solatnya selesai!’
Dan oh… Emma
menghadap tembok dan tidak bergerak (barangkali juga tidak bernapas), sampai
kami salam dan saya menyuruhnya untuk berbalik. Sejak saat itu, kami memutuskan
melindungi Emma karena dia adalah manusia yang langka!
- Dewi
yang ternyata adalah Devi
Namanya
Devi, tapi Mba Ve yang saat itu mungkin sedang gusar hatinya, typo dalam
menulis Devi menjadi Dewi. Barangkali, Dewi adalah nama gadis yang menikah
dengan gebetan Mba Ve. Well, Devi ini gak bisa bilang ‘F’ karena dia Sunda. Dia
juga gak bisa marah. Tipikal isteri idaman suami orang :D
- Mitri
Komalasari
Begitu
berkenalan, saya langsung nanya apakah bapaknya orang Rusia. Eh bukan. Praduga saya
sih, dulu pak petugas pembuat akta typo juga kaya mba Ve. Jadi menurut saya
nama asli mba Mitri adalah Fitri.
- Nabilah
bukan JKT 48
Tanpa kakak
ini, mik yang disediakan panitia untuk sesi tanya jawab bakal jamuran dan
kesepian. Untung ada beliau yang selalu setia memegang mik dengan syahdunya…
- Nani
Susiani
Well, tante
satu ini saya kira pendiam. Ternyata saya salah 2500%
- Putri
yang Uti
Uti lebih
tepat ikut acara kajian mama dedeh ketimbang acara rumpi bareng J
- Putri
yang Putri
Putri ini,
adalah putri yang menjiwai peran perempuan. Dia, cerewet dan bicaranya renyah
sekali seperti jamur krispi :D
- Riska
Riska itu
seperti tiang bendera. Jenis-jenis perempuan dengan tinggi yang membuat mahluk
kuntet seperti saya, gigit jari kaki.
- Dedek
Sayyid Herlan
Saya kaget
begitu kami kepergok mesuk berdua (Ini fiksi!)
Well,
awalnya saya enggan duduk bersebelah dia. Sumpah dia flat banget. Saking flatnya,
saya gatel pengen goda dan ngajak ngobrol teruuuus dan terus. Sepertinya dia
anggota LDK (lembaga dakwah kampus) di kampus. Untung dia tak bersebelahan
dengan tante Nani, bisa-bisa keanggotaan LDKnya terancam copot!
- Nining
Denger-denger
Nining telah menceraikan Mas Sukin… J
- Suki –
Ndar
Gayanya
memang nyastrawan ala-ala angkatan 45. Saya khawatir jika nanti massukin bakal
menikah dengan senja, atau rerintikan, atau mega atau rembulan malam…
- Zahroh
Kalau Uti
cocoknya ikut acara mamah Dedeh, Zahroh cocoknya jadi mamah Dedeh J
Curhat ya
Mah….
- Saya
sendiri
Biasa saja. Membosankan.
Tapi sayang kalau dibuang.
Sekali lagi,
makasi buat kalian dan maaf ya kalau saya punya ribuan dosa dan nestapa….
Hem… review
untuk acara kepenulisannya, saya kira pujian dari saya hanya akan menambah
tumpukan pujian-pujian lain yang ditujukan kepada acara maha dahsyat warbiyasah
“Kampus Fiksi”. Acara ini tak butuh puja puji dari seorang hamba Allah yang
bergelimang dosa seperti saya.
Satu kata
untuk acara ini, rector acara ini, dan segenap panitia pelaksana acara ini,,,
Semuanya,,,
Warbyasah!!!
Terakhir
kalinya, sebagaimana saya mengalami ambeyen pasca mengikuti acara ini, ada
pesan moral penting yang harus dicamkan oleh para calon peserta, panitia, dan
seluruh pemirsa, bahwa,,,
Makan sayur
ternyata lebih penting dari pada nggosip bersama tukang sayur…!
Akhirul kalam…
Wassalamualaikum
Wr. Wb…
HAHA. Lucu. Seru bener kayaknya.
BalasHapusSaya diusir Mbak dari komunitas Mamah Dedeh, disuruh ikut komunitas Dedek Iid :v
BalasHapus