Jumat, 11 April 2014

Sepotong Senja Untuk Pacarku (Cerpen SGA)

foto saya ini ndak ada hubungannya sama cerpen SGA yaa
  
Sepotong Senja Untuk Pacarku        (Karya Seno Gumira Ajidarma)                       
                                     
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.

Kamis, 10 April 2014

Game Smurf Village: Game Pencetak Karakter Baik Bagi Anak-Anak (Paling tidak menurut penulis :D )

Ladang Smurfnya Banin pas level 18an
Smurf Village boleh jadi merupakan game yang tidak menantang sebab tak ada musuh dalam game ini. Aturan main dari game ini hanya mengumpulkan uang untuk berbelanja, mengumpulkan point untuk naik level dan mengumpulkan Smurf Berry untuk mempermudah segala urusan.

Namun, meski tak ada ancaman tak membuat game ini menjadi game yang membosankan (ini opini saya lho). Pengguna game akan tertantang untuk mengembangkan desanya, mendekor desa sesuka udel, memainkan mini game yang telah dibeli, menangkap hewan untuk dimasukkan ke kebun binatang pribadi, menanam berbagai macam sayur dan buah di ladang, membangun rumah beraneka warna, merasakan suasana malam di desa Smurf, merasakan musim hujan, merasakan musim salju juga, dan yang lebih menyenangkan, pengguna bebas sebebas-bebasnya membeli apapun yang sanggup mereka beli, kemudian menempatkan semuanya sesuka udel. Ini nih contohnya, saya beli puluhan lampu buat ngerangkai nama seseorang yang saya sayangi. Tapi gambar di bawah ini masih jelek, saya motretnya pas belum dekor ulang:

Selasa, 08 April 2014

Cerpen The Chaser Versi Indonesia Karya John Collier


Ramuan Cinta

John Collier
(Sumber dari naskah ini adalah dari Fiksi Lotus)


Alan Austen, kikuk layaknya anak kucing baru lahir, menaiki tangga gelap yang berderik-derik di daerah Pell Street, kemudian setelah sampai di atas ia melirik ke kiri dan kanan lama sekali sebelum menemukan nama yang ia cari-cari terpahat di depan salah satu pintu kayu.


Seperti yang disarankan, ia mendorong pintu itu hingga terbuka, menemukan dirinya berada di dalam sebuah ruangan kecil tanpa perabotan memadai, kecuali sebentuk meja dapur yang sederhana, sebuah kursi goyang, dan satu kursi biasa. Bersandar di salah satu dinding kotor dengan warna mencolok ada sejumlah rak kayu yang menyimpan selusin botol dan toples kaca.


Seorang pria tua duduk di kursi goyang tadi, sedang membaca koran. Tanpa basa-basi lagi, Alan menyerahkan selembar kartu yang ia dapatkan dari seorang kenalan. “Duduklah, Tn. Austen,” kata si pria tua dengan halus. “Saya senang bisa bertemu dengan Anda.”