Minggu, 16 Desember 2012

Catur mengungkap kepribadian pemainnya!



Kemarin hari Kamis, Finna dan saya mengikuti lomba Catur se-Unesa dalam acara Dies Natalis Unesa yang ke-48. Kami adalah dua-duanya peserta putri dari sekian banyak peserta putra yang terdiri dari para mahasiswa, staf/TU/Satpam, dan dosen Unesa. Kami sama sekali tidak takut menghadapi lawan-lawan kami itu, sebab memang kami sudah bisa melihat masa depan(baca: Kami yakin kami pasti tidak menang :D ). Maka dari itu, entah lawan kami adalah dosen adalah satpam adalah presiden, gak peduli! Yang penting kami suka main-main :D
Saya pribadi merasa sangat beruntung telah mengikuti lomba tersebut, bukan sebab masa depan yang saya yakini meleset, nyatanya masa depan dalam gambaran saya memang 100% benar. Meski demikian, saya mendapat pelajaran yang indahnya Subhanallah! Saya baru tahu kalau sikap jelek seseorang itu akan terpantul lewat permainan mereka. Hal ini berguna bagi seseorang yang ingin instropeksi diri. Namun, kejelekan ini baru bisa tercermin manakala seorang pemain menemui kondisi atau persoalan yang sangat baru. Oleh karena itu jika ingin melihat kejelekan diri sendiri, hendaknya pemain catur bermain dengan musuh-musuh yang baru. kenapa? Karena: bermain dengan lawan yang sama biasanya yang bersangkutan telah hafal bagaimana permainannya, caranya menyerang, bertahan, trik dan tipuannya sehingga yang bersangkutan tersebut-karena telah hafal-telah hafal jugalah bagaimana menanggulangi problem-problem dalam permainan tersebut.  Ya, mungkin ada beberapa hal/problem yang baru, tapi itu terlalu lemah untuk dijadikan analisis kepribadian.
Terus?
Bedakan jika seseorang dihadapkan pada problem-problem baru. Dari problem baru itulah akan muncul langkah spontanitas, entah spontanitas itu juga didapat dari berpikir atau sekedar spontan-spontan saja yang jelas langkah itu didapat bukan dari remembering the previous moves/the previous problem solving. Alhasil, langkah spontan itulah=siapa dia sebenarnya=titisan dari jiwanya=lukisan kepribadiannya!

Bukti I:

Kamis, 08 November 2012

Kafa


Oleh: Siti Nur Banin
            Namanya Kafa, orang bilang Kafa itu tak waras. Sebagian lagi menganggap Kafa ditempeli setan kepala. Seperti apa itu setan kepala, bahkan mereka yang menggunjing pun tak tahu menahu. Alasan mereka mendebatkan Kafa adalah sikap janggalnya yang dibawa sejak kecil. Kafa adalah remaja enam belas tahun yang bibirnya tak pernah mengeluarkan bunyi yang memiliki arti. Bukan cacat fisik yang menyebabkan bibirnya tak sanggup berkata-kata. Orang kampung lebih senang menggunjingkan perkara ini sebagai akibat kelakuan Danarto-bapak si Kafa, yang tak pernah mencontohkan bunyi-bunyian bahasa semenjak Kafa masih kecil. Namun, kejanggalan yang dimaksud bukan karena ia tak mampu berkata-kata. Kafa mulai digunjingkan tak waras semenjak ia gemar mengoleksi kepala. Di bilik kamarnya yang ciut ada puluhan kepala berbagai binatang yang diletakkan di atas kasur dan bantalnya. Jika tak sengaja di jalan ia menemukan kucing tertabrak mobil dan mati, maka kepala kucing itu akan dipotong dan dibawa pulang. Jika Kafa sedang jalan-jalan di pasar dan melewati tukang jagal ayam, maka dengan bunyi khasnya “haooohh....haoooh...haooohh....” si tukang jagal lebih memilih memberikan beberapa kepala ayam pada Kafa ketimbang harus mendengar bunyian ganjil yang keluar dari mulutnya.
            Kafa memperlakukan kepala-kepala itu layaknya mereka adalah bayi yang rapuh. Ia menggendong mereka, menyelimuti mereka, dan tak jarang Kafa berbincang-bincang sendiri dengan para kepala. “Haooh... haooooh... haoooh...” begitu terus dengan berbagai mimik. Jika ada kepala yang mulai membusuk, lagi, Kafa akan mengucap “Haoooh” dengan nada sedih, lantas mengubur kepala itu di halaman belakang rumah. Sempat si Danarto melarang Kafa mengoleksi bangkai kepala, Kafa memang nurut tapi bunyi “Haoooh”-nya tak mau berhenti sepanjang malam. Dengan geram akhirnya Danarto membiarkan saja laku aneh anaknya itu.

Senin, 01 Oktober 2012

Lomba Cerpen Islami UKKI UNESA


Ketentuan umum lomba :
 -Peserta adalah Siswa SMA/SMK/MA sederajat dan
   Mahasiswa aktif, dibuktikan dengan scan kartu
   pelajar/KTM
-Tema: Cerita bebas yang berlatar islami dan memuat pesan moral.
- Ketentuan lain :
  -Font : Times New Roman, besaran huruf : 12 pt, jarak spasi : 1,5
 - Total Hal : 4 sampai 8 halaman
 - Margin : Top, Left, Bottom, Right = 3, 4, 3, 3
- Peserta hanya diperbolehkan mengirim satu naskah terbaiknya.
- Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk
   apapun, baik sebagian maupun seluruhnya.
- Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
- Naskah tidak mengandung unsur pornografi.
-File yang dikirim dilampiri dengan scan KTP/KTM
  beserta Nama, Alamat, dan NO. HP penulis di dokumen terpisah dari naskah.
- Naskah dikirim lewat e-mail ke alamat Lci.unesa@gmail.com dan di-cc ke Mushy212@gmail.com
- Pengiriman naskah dimulai tanggal 01 Oktober 2012 sampai 31 Oktober 2012
- Proses penjurian mulai tanggal 01 November sampai 30 November 2012
- Pengumuman pemenang pada tanggal 02 Desember 2012,
 pengumuman bisa dilihat di website UKKI UNESA (http://www.ukkiunesa.com)

***Peserta wajib memosting poster  info lomba ini di  FB dengan men-tag
       minimal 20 temannya dan panitia:
       Siti Nur Banin(mushy212@gmail.com) dan Azka Askarullah(aksiaska@live.com)

Pemenang Lomba:
Juara 1: Sertifikat + Rp. 600.000
Juara 2: Sertifikat + Rp. 400.000
Juara 3: Sertifikat + Rp. 200.000

CP: Putra (082139223023)
      Putri (085648293336)

Minggu, 23 September 2012

Memahami Wanita(Kami Wanita hendak membela diri) hehe

 Para lelaki sering bingung sendiri menyoal sikap wanita yang, kadang-kadang, nyebelinnya minta ampun! Dalam hal apapun wanita senang membuat masalah gampang menjadi sulitnya minta ampun! Misalnya, menyoal bilang "ya" atau "engga" pada saat seorang wanita ditembak lelaki. Lelaki akan berkata, "Kamu cukup bilang ya, atau nggak, itu aja, mudah kan?" Nah, bagi wanita, untuk mengatakan "Ya" atau "engga" suara yang mau keluar itu hampir-hampir kejepit tenggorokan. setelah lama terjepit, eh begitu keluar(entah saking parahnya kejepit tenggorokan hingga bunyinya berubah),  tiba-tiba yang keluar dari mulut justru "Kasih aku waktu satu minggu ya!" Lantas, siapa yang salah? wanita? BUKAN! Salahkan tenggorokan saja!

Senin, 13 Agustus 2012

Emak saya, Internet, dan 2010


Ini adalah naskah yang memenangkan lomba Kisahku di 2010 yang diadakan oleh Yahoo! Indonesia, tahun 2010. Benar-benar saya tak menyangka sebab kisah ini begitu sederhana, juga biasa. Namun, begitulah, mungkin Tuhan kasihan pada perjuangan saya ketika hendak mengikuti lomba ini, maka saya diridhoi-Nya sebagai pemenang 1 dan mendapatkan iPad. Ya, mungkin Tuhan kasihan, entahlah^^

Saya ini seorang gadis miskin anak dari janda miskin pula. Saat teman-teman saya sibuk mendaftar ke PTN, saya hanya diam.  kawan, kuliah itu hanya untuk yang berduit dan tak berduit tapi pintar. Betapa malangnya saya ini karena bukan termsuk ke dalam dua golongan tersebut.
Yang lebih menyayangkan lagi, selain miskin dan tidak pintar, saya ini juga tak tahu malu, Kawan. Begitu mengetahui ada lowongan beasiswa penuh, saya yang bodoh dan miskin punya ini ke-PD-an mendaftar. tak peduli alam telah memperingatkan saya dengan menurunkan hujan deras saat saya akan mengeposkan berkas, tak peduli pak pos jengkel bukan main karena saya tiba saat kantor pos hampir tutup, tak peduli, sungguh saya ini tak tahu malu.
Sebulan lewat, saya mulai pesimis sebab ribuan nyawa juga mendaftar di PTN yang saya tuju. saya mencari kesibukan lain. Nah, seperti yang telah saya katakan tadi, Kawan, saya ini tak tahu malu, dan dengan sintingnya  saya telah mendaftarkan diri saya pada perlombaan cerpen IsEF yang diadakan oleh ITB. Jadi, insting gila saya ini mengatakan, kalau saja, sekali lagi, kalau saja naskah saya menang paling tidak saya bisa mendaftar SnMPTN(ini adalah target awal kawan, setidaknya bisa mendaftar SnMPTN sudah kerenlah wong saya ini orang ndak punya J)
Namun, lagi dan lagi alam mengejek saya. Keyboard saya tiba-tiba rusak. Believe it or not, entah ini disengaja oleh alam atau tidak, semua toko yang saya kunjungi kehabisn stok keyboard.
keadaan semakin memburuk manakala saya mengingat hanya mantan pacar sayalah, satu-satunya manusia yang saya kenal yang punya komputer(saya ini memang tinggal di kampung semi primitive!)
Maka datanglah saya ke rumah mantan pacar saya, tentunya saya tinggal dulu wajah saya di rumah. Di depan sang mantan, kepala saya tekuk 90' dan tangan saya meremas-remas ujung jilbab(come on, ini lebih berat dari pada harus nonton film Rumah Dara!)
25 Mei 2010, saya ditelfon kakak saya dari Bali, katanya, saya lolos seleksi beasiswa. Emak saya heran mengapa kakak saya yang ada di Bali bisa tahu, maka berkisahlah saya seputar "INTERNET", dan seperti yang telah saya duga sebelumnya Kawan, pembicaraan seputar Internet dengan emak selalu saja tak berujung.

Mengapa Lelaki(Kau) Begitu Menyebalkan???!

Huh, bingung harus mulai dari mana... Yang jelas benar-benar aku kesal padamu!

                       ***Aku membayangkan bahwa itu dirimu, saat aku menggambarnya~~


Aku lupa bagaimana awalnya aku mulai menyukaimu, yang kuingat, aku gemar menjadikan namamu dalam tokoh cerpen-cerpenku. Entah bagaimana, aku suka. Menyenangkan sekali membayangkan adegan-adegan yang dialami tokoh dalam tulisanku itu, dengan cara meminjam rupamu. Ya, rupamu yang begitu menyebalkan itu!!! Tapi aku senang. Bagaimana bisa? Begitulah adanya.
You're so plain, so boring, so annoying... But I like you still! shit! :D

Dulu beberapa kali kubuat status dalam Facebook, begini, "Jangan buat aku masuk ke duniamu, jika Kau hendak menikamku kelak!" lantas, tak pahamkah dirimu jika itu 'benar-benar' kutujukan padamu! kenapa juga setelah kau buat aku terjerembab ke dalam, kau lantas hendak pergi. Lucu sekali. Bagaimana bisa orang sebaik dirimu lantas membiarkanku sendirian terjerembab tak bisa keluar? Ya, bukan begitu maksudmu. Kau yang baik mana mungkin bermaksud begitu kejam, bukankah itu bukan gayamu. Bukankah Kau sendiri juga bilang bahwa kutukan yang kubuat masih melekat padamu, bahwa kau selamanya akan selalu tak tega berbuat jahat padaku, bahwa kau tak bisa menyukai gadis yang lain, begitulah kutukan yang kubuat. Dan katamu kutukan itu manjur! Ah, tentu aku harusnya percaya pada alasanmu hendak pergi itu. Sungguh, bukannya kau itu kejam, hanya saja kau memang tak tega, begitu kan maksudmu? Lucu sekali jika kuingat kata-katamu, jika lusederhanakan kalimatmu itu, maka akan diperoleh statemen seperti ini: Kau takut mencintaiku! benar-benar lucu sekali, dan menyebalkan!

Mengapa selalu saja ada model pria yang takut mereka mengecewakan gadisnya? Mengapa pria tak pernah menggunakan perasaannya, sekali saja, untuk merenungkan, sungguh, jika dia memang benar-benar dicintai gadisnya, seperti apapun jadinya, gadis itu tetaplah menyukainya. karena sifat dasar cinta yang juga sangat menyebalkan-menurutku- adalah 'tanpa syarat'. Ya, cinta itu tanpa syarat!
Beberapa minggu lalu, seorang teman lelaki menanyaiku, siapakah dia di mataku, dan apakah lelaki yang kusukai itu begitu membahagiakan hidupku sepanjang hari? apa yang dilakukan lelaki itu dalam membahagiakanku sepanjang hari?
Aku tersenyum sebentar, kemudian kubalas pesan singkat itu dengan,

Sabtu, 11 Agustus 2012

Memoar Pendek Seorang Pemimpi Bagian Dua


2. Memoar Pendek Bagian Dua
 
Saya tidak lagi tinggal di desa terpencil, saya tinggal di Surabaya sekarang. Lebih tepatnya saya sedang berusaha membetahkan diri untuk tinggal di rumah paman saya, karena paling tidak selama empat tahun kedepan di sinilah tempat saya. Kawan, saya diterima di Universitas Negeri Surabaya lewat jalur Beasiswa Bidik Misi! Sedikit mengejutkan memang, sebelumnya saya tak pernah mengira saya bisa melanjutkan kuliah dikarenakan sebab yang juga sangat klise, saya miskin. Sebelumnya saya dan emak sudah sepakat bahwa saya akan membantunya berjualan marning di pasar. Hingga suatu hari pak Muhadi, guru bahasa Inggris saya, memberitahukan bahwa Dikjen Dikti menawarkan beasiswa penuh untuk siswa miskin berprestasi. Maka saat itu juga saya banting setir, saya tak lagi rajin ke pasar, saya menjadi rajin menghadap layar komputer saat itu, mencari info sebanyak-banyaknya seputar beasiswa Bidik Misi. Rasanya saya juga tak pernah letih membaca artikel tentang beasiswa baru itu, pagi hari saya membacanya, nanti sorenya saya baca lagi, menjelang tidur kembali saya membacanya lagi, hingga tema dalam mimpi saya pun tak jauh-jauh dari beasiswa Bidik Misi. Saya teramat bersemangat ingin kuliah, entah mengapa.
Maka, pada awal bulan Maret 2010 saya sudah mulai mempersiapkan berkas-berkas yang hendak saya kirim ke PTN yang saya tuju. Saya mulai sibuk memfoto kopi sertifikat, surat pajak bumi bangunan, rekening listrik bulan terakhir, rapor dari smester pertama, dan meminta surat keterangan tidak mampu kepada kepala desa. Serangkaian hal yang sepele kelihatannya, namun lagi dan lagi seolah Tuhan selalu ingin menguji kekompetenan saya. Hal-hal yang seharusnya sangat mudah untuk dilakukan menjadi berkali lipat lebih berat. Seperti tempat-tempat foto kopi yang sering tutup, Kartu Keluarga saya yang rancu(saya dijelaskan berjenis kelamin laki-laki di sana), hingga menjelang pengiriman berkas yang serba pelik. Hujan deras, kantor pos hampir tutup, pak pos yang sensitif dan uang saya yang hampir habis, huft… Gangguan kecil namun jika datang bersamaan tetaplah terasa berat. Namun bagaimanapun, sepelik apapun gangguan yang Tuhan kirimkan, itu tak berarti apa-apa karena saya diganjar dengan seribu kali lebihnya, saya lolos seleksi! Saya, seorang calon Mahasiswa!
***
Entah mungkin karena rindu pada emak, atau mungkin saya gadis desa tulen yang sulit menyesuaikan diri hidup di kota, saya sering menangis sendirian usai makan sahur. Saat saya menangis sendirian di kamar, saya terbiasa membuka catatan harian seorang teman maya saya yang sangat kreatif, Haris Firmansya namanya. Jika saya sedang bersedih kemudian membaca cacatannya di facebook yang dinamai Cacatan Harisan(dengan bermacam-macam sub bab), maka saya akan tertawa dan lupa kesedihan saya. Sama sekali tidak berlebihan jika saya berjanji kepada diri saya sendiri, kelak, jika Haris sudah menerbitkan buku, saya akan membelinya, semahal apapun buku itu. Dan sekitar 8 bulan setelahnya saya sudah memegang buku karangan Haris yang perdana dengan judul Cacatan Harisan.

Bulan Agustus, September, hingga November kegiatan saya masih sama. Kuliah, membetahkan diri berada di kota, dan membaca catatan Haris di facebook. Membaca Cacatan Harisan bagi saya bukan lagi semata-mata sebagai obat jika saya sedang bersedih melainkan juga sebagai media belajar saya seputar model-model tulisan nonfiksi. Jika sebelumnya orang berasumsi bahwa tulisan nonfiksi itu membosankan maka ini sangat berlawanan dengan apa yang ditulis oleh Haris, secara sepihak saya angkat Haris menjadi guru menulis kedua saya setelah Rilnia Metha Sofia. Terima kasih untuk Haris yang telah mengajari saya meski dengan cara yang tak sengaja. Terima kasih juga berkat ilmu yang saya dapat darimu di bulan Desember 2010 saya mendapatkan kebahagiaan yang tak terduga.

Jumat, 01 Juni 2012

Bukan apa-apa, sekedar ingin menghibur diri--->pasca kalah dari lomba ^_^



“Buatlah kegagalan sebanyak mungkin, hingga kau kebal, hingga kau rasa kegagalan itu merupakan suatu kebiasa-biasasajaan, hingga kegagalan berikutnya tak bakal menyiutkan nyalimu, hingga habis sudah stok gagal dalam hidupmu, maka tinggallah kesuksesan yang tersisa”

~Siti Nur Banin~

Minggu, 27 Mei 2012

Pictures I liked ^_^

Ini gambar yang diambil abang saya yang pertama(abang Ally) di pantai Boom, Tuban. Sedikit-sedikit kaya tulisan Allah kan???
Pemandangan cantik di pantai Boom, Tuban...












Sabtu, 12 Mei 2012

Insiden Sepatu Baru


Oleh: Siti Nur Banin

Waktu itu abangku yang pertama masih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (setara SD), sekitar tahun 1989. Sepatu sudah menjadi hal yang sedikit wajar bagi anak sekolahan pada tahun itu. Teman-teman abangku pun sudah bersepatu jika bersekolah. Tapi, sepatu tetaplah sesuatu yang hampir-hampir tak terjamah di kepala orangtuaku. Jangankan perkara sepele tentang sepatu, perkara sakral macam pendidikan saja menjadi begitu tidak dipikirkan oleh orangtuaku yang memiliki hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan. Perut kami, anak-anaknya. Maka dari itu, sangat tak mengherankan jika ibu akan lebih marah jika abang tak mengantarkan dagangannya ke pasar ketimbang abang tak masuk sekolah. Untungnya selalu ada pengecualian untuk segala hal, perut memang penting, tapi melihat abangku yang polos dan lugunya kelewat meminta dibelikan sepatu, ibu tak sampai hati menolak. Abangku adalah anak yang dilahirkan dengan takdir seolah ia tak boleh punya keinginan untuk minta ini-itu, dan ia sudah teramat biasa untuk tidak boleh ingin. Maka, jika abang sendiri sampai mengungkapkan keinginannya untuk memiliki sepatu, tentunya itu adalah sejenis keinginan yang tak tertahankan.
            Entah dapat uang dari mana ibu menyanggupi keinginan abang pertamaku. Betapa abangku itu tak bisa berhenti tersenyum. Begitu polos. Begitu lugu. Begitu dan selalu seperti itu, dirasanya seolah dialah anak paling berbahagia sedunia, segalaksi, sejagat raya! Seolah, perkara ia hendak dibelikan sepatu itu tak lain tak bukan adalah salah satu hal ajaib yang pernah terjadi dalam hidupnya.
            Hari yang ditunggu tiba juga. Abang berangkat ke sekolah mengenakan sepatu. Sepatu baru lagi. Lagi-lagi abangku itu tak bisa berhenti tersenyum. Lagi-lagi abangku itu merasa jadi anak paling bahagia sepanjang masa di seluruh dunia. Maka, benar-benar mengherankan karena saat pulang abangku itu tak lagi mengenakan sepatu. Sepatunya itu dipegangi di tangan sepanjang dari sekolah. Ibu bertanya mengapa, dijawabnya bahwa ia mungkin teramat biasa tak bersepatu, maka sepertinya lebih enak tak pakai sepatu saja. Ditanya lagi oleh ibu, kenapa tak dipakai sepatunya, dijawab pula, tidak papa. Begitu polos. Begitu lugu. Begitu dan selalu seperti itu, belum pernah dilihat oleh ibu abangku itu menunjukkan ekspresi marah, kecewa atau sedih.
            Karena penasaran ibu mencari tahu lewat teman-teman abangku. Tak mungkin sekali jika sesuatu yang diidam-idamkan sejak lama oleh abang mendadak tak diinginkannya lagi. Maka, betapa hati ibu teramat ngilu mendengar jawaban teman-teman abang yang hampir-hampir tak terdengar akibat gelak tawa yang membuncah. Teman-teman abangku bercerita sambil tak bisa berhenti memegangi perut menahan tawa, kata mereka, abangku sekolah pakai sepatu perempuan. Abangku lucu sekali pakai sepatu perempuan, kata mereka. Sudah sepatu perempuan, kebesaran pula, begitu teman-teman abang bercerita, masih sambil memegangi perut. Jika menceritakannya saja mereka sudah tertawa terbahak-bahak seperti itu, ibu tak sampai hati membayangkan anaknya yang begitu polos, yang begitu menggemaskan tersenyum-senyum sendiri memakai sepatu baru, lantas ditertawai teman-temannya di sekolah.

Jumat, 20 April 2012

Gambar Kenangan :D

I like these pictures, and the memory in it^^

LKMMTD, Hotel Tanjung Plaza, Tretes-Pasuruan
  Ini saya katakan berkesan karena ini adalah layanan ke-gratis-an pertama bagi Mahasiswa penyandang 'BIDIK MISI'. Para dosen lebih senang menyebut kegiatan ini dengan "3 Hari Perbaikan Gizi Mahasiswa BIDIK MISI UNESA" :)

 Joglo FBS UNESA
ini sepenuhnya adalah ulah Abu Daren. Kalaupun nantinya teman sekamar saya naksir sama saya gara2 saya jadi ganteng begini, sepenuhnya dosa adalah milik Abu Daren....












Minggu, 08 April 2012

The Forgotten


cerpen ini butuh revisi, tapi saya bingung mau direvisi bagaimana......
Oleh: Siti Nur Banin
Hanya orang tidur yang bermimpi. Kupastikan aku tak sedang bermimpi sekarang. Gelap pekat ini nyata adanya, celah transparan yang bergoyang-goyang di sana itu, yang sedari tadi memunculkan suara manusia itu, tak sekedar khayalanku ternyata. Aku terbang! Melayang-layang dalam gelap yang pekat. Semula kukira ini adalah dasar air dan celah itu pastilah permukaannya, namun segera kutololkan diriku mengingat aku ini manusia normal yang tak punya kesaktian hidup di dalam air. Sedikit pun!
Kuraih celah itu, kucengkeram dan kujewer selebar tubuhku. Gagal! Terlalu sempit. Kujewer lagi, gagal lagi. Dan lagi, dan gagal lagi. Sebelum aku menyerah, sepasang jari-jari kisut, pucat, kering, dan berkuku hitam rusak membantuku menjewer celah.
hap… aku berhasil keluar.
            “selamat datang,” si tangan kisut menyapaku dengan tatapan yang teramat teduh. Ia tak sendiri, ada tiga remaja berada agak jauh dari kami. Dua gadis satu pria, dan semuanya ganjil.
            “boleh aku tahu ini di mana?” pertanyaanku kutujukan kepada si gadis bertangan kisut, namun mataku tak bergeser mengamati remaja-remaja ganjil yang juga tengah memandangiku dalam diam.
            “ah, klise!” si pria tersenyum sinis.

Selasa, 06 Maret 2012

Memoar Pendek Seorang Pemimpi :)


Melangkah Keluar dari Dunia Palsu

Sewaktu masih SMA sedikit pun saya tak pernah berpikir bahwa saya punya tanggung jawab penuh terhadap diri saya sendiri. Semua aspek kehidupan saya telah diatur dengan sangat rapi yang ironisnya bukan oleh saya sendiri. Di rumah, ada emak yang selalu siap sedia menunjukkan jalan yang benar kepada saya. Di sekolah, ada bapak/ibu guru yang mengarahkan saya harus ke kiri atau ke kanan, begini atau begitu dan lain sebagainya. Di rumah, emak akan marah jika saya keluar dari jalur yang telah beliau buat. Di sekolah, bapak/ibu guru akan memberikan hukuman jika saya tidak mengerjakan PR dan atau jika saya melanggar aturan sekolah. Sungguh, serupa diri saya ini adalah wayang yang bergeming dan hanya bergerak jika digerakkan dalang. Bedanya, saya bernyawa dan wayang tidak.
Dulu, saya belajar Karena saya masih sekolah, orang yang sekolah harusnya ya belajar, begitu kata bu guru di kelas. Begitu tamat sekolah, barulah saya sadar saya memang benar-benar wayang yang baru bergerak jika digerakkan dalang, bedanya saya bernapas sedang wayang tidak. Lantas siapa yang menghukum saya yang tidak belajar jika saya sudah tak lagi sekolah? Maka inilah perjalanan hidup saya setamat SMA, melangkah keluar dari dunia palsu.
(Ini adalah potongan memoar pendek saya bagian pertama, pernah saya ikutkan lomba dan Alhamdulillah saya diberi kelapangan oleh Tuhan sehubungan dengan tidak lolosnya tulisan ini dalam lomba tersebut :) )

 
1.       Bagian Pertama
Saya hampir gila, mau menangis tak ada air mata yang keluar, mau marah tak tahu harus marah pada siapa, mau diam saja otak saya hampir meledak. Tak pernah saya bayangkan sebelumnya jika menulis cerpen itu sulitnya keterlaluan.
Saya tulis ide-ide cerdas dari otak saya, saya tulis dan terus saya tulis. Selesai sekitar tiga paragraf saya berhenti, saya baca dari awal hingga akhir, paragraf ketiga saya hilangkan karena tak nyambung dengan cerita di atasnya. Saya baca ulang, saya hapus paragraf kedua karena bahasanya tak enak dibaca. Saya baca ulang untuk yang terakhir kalinya, saya hapus kalimat demi kalimat yang menurut saya tampak membosankan. Yang terakhir saya hapus adalah kalimat pertama dari paragraf pertama saya. Maka pemandangan yang saya lihat sekarang adalah dokumen kosong!
Ah, jika saja saya anak orang kaya yang kesulitan menghabiskan uang-karena saking banyaknya misalnya, maka tak ragu lagi bakal saya hantam layar komputer sialan itu dengan palu, saya pukul-pukul dengan keyboard, saya banting lantas saya injak-injak. Beruntung saya segera sadar bahwa saya ini anak janda miskin yang justru kesulitan mencari uang. Maka yang bisa saya lakukan hanyalah menghela napas panjang, berbela sungkawa pada embrio cerpen saya yang bahkan sudah mati sebelum dilahirkan, dan memandang naas pada layar kosong komputer yang sedetik lalu ingin saya hantam palu.
            Sungguh, untuk sekali saja saya ingin menjadi orang lain, lantas akan saya datangi diri saya itu. Sebagai orang lain itu, akan saya jambak-jambak rambut saya dan saya tololkan keputusan bodoh saya itu. Bodoh sekali!
Dua hari sebelumnya,
            Saya sudah kehabisan akal untuk mencari uang. Saya benar-benar sedang butuh uang. Tapi apa sih yang bisa dilakukan anak SMA yang bahkan Ijazahnya belum turun. Mau dapat kerja apa? Dapat uang dari mana?
Maka satu-satunya hal yang mungkin berhasil adalah mengikuti kompetisi menulis IsEF(Islamic Education Festival). Sama sekali tak saya perhatikan Tema, Syarat dan Ketentuan lomba, sebab pandangan saya fokuskan pada sub bab Hadiah, dan kembang-kempislah hidung saya melihat sejumlah uang yang ditawarkan. Tak menunggu lama saya kunjungi link menuju pendaftaran. Saya isi formulir pendaftaran itu dengan riang gembira.
Apa sih susahnya bikin cerpen? Saya membatin ceria.

Tiga hari berikutnya,
            Tak ‘kan ada asap jika tak ada api. Saya tak ‘kan sesinting ini jika tak membuat api diawal. Jika tempo dulu itu saya tak mendaftarkan diri saya sebagai peserta, mungkin hari-hari saya akan damai sejahtera. Duduk manis di depan komputer, ber-facebook -ria dengan teman maya, dan mendownload sebanyak-banyaknya foto artis tampan Korea. Bukannya mengetik-menghapus-mengetik-menghapus seperti sekarang ini. Mungkin Tuhan ingin memberi pelajaran pada saya yang sesumbar tempo dulu.
Rasakan itu bodoh! Sebagian diri saya berkoar.

Sabtu, 21 Januari 2012

Sayembara Menulis Cerita Mini

Deadline: 20 Februari 2012
Mengawali tahun 2012, Forum Sastra Bumi Pertiwi menggelar sayembara menulis Cerita Mini (flash fiction). Yang dimaksud Cerita Mini di sini adalah cerita yang ditulis secara singkat, ringkas, padat, namun gagasan serta pesannya dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Berikut persyaratannya.   
Syarat lomba :
  1. Tema bebas, namun diharapkan mampu memberikan manfaat atau pesan moral kepada pembaca
  2. Peserta adalah warga Negara Indonesia tanpa batasan usia
  3. Naskah berbahasa Indonesia, diketik di kertas kuarto (A4) spasi 1,5 font Times News Roman ukuran 12
  4. Panjang naskah antara 200 hingga 400 kata 
  5. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran atau hasil plagiat
  6. Naskah belum pernah dipublikasikan di media manapun dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain
  7. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul
  8. Sertakan biografi singkat penulis (Maksimal 50 kata), no Hp, email, dan alamat rumah di bagian akhir naskah
  9. Setiap judul naskah yang diikutsertakan wajib membayar biaya pendaftaran RP 10.000,-
  10. Uang pendaftaran ditransfer ke Bank BRI No. Rekening : 5412-01-013576-53-1 atas nama Abdur Rahim
  11. Bukti transfer discan atau difoto, lampirkan beserta naskah puisi, lalu kirim ke email: cerita_mini@yahoo.com
  12. Format subject (Nama Penulis-Judul Naskah). Contoh: Eko Firmansyah-Keluarga Bahagia
  13. Karya peserta diterima panitia paling lambat tanggal 20 Februari 2012
  14. Pemenang diumumkan paling lambat pada tanggal 20 Maret 2012 di blog FSBP http:// forumsastrabumipertiwi.blogspot.com atau facebook : Fs Bumi Pertiwi dan Forum Sastra Bumi Pertiwi
  15. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat

Lomba Menulis CERPEN Dari Hati Untuk Indonesia


Kunjungi Blog Panitia lomba www.panitia-lmdhui.blogspot.com
Persyaratan lomba
1. Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTA (Kategori A), dan Mahasiswa/Umum (Kategori B) dari seluruh Indonesia
2. Lomba dibuka 15 Januari 2012 dan ditutup 31 Maret 2012
3. Tema Tulisan: Optimisme masyarakat untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan segala yang berbau semangat membangun Indonesia
4. Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
5. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul saja.
6. Setiap peserta boleh mengikuti dua lomba sekaligus yaitu lompa menulis puisi dan menulis cerpen.
 7. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan.
8. Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan

Ketentuan naskah Cerpen:
1. Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman.
2. Panjang naskah cerpen 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman
3. Naskah disertai biodata singkat pengarang dan foto bebas.
    Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa dan Kartu Keluarga (pilih salah satu) semua identitas di scan dan dilampirkan dalam satu folder bersama naskah.
4. Setiap peserta diwajibkan membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000,-
dan akan mendapat 1 eksemplar buku TUHAN TAK PERNAH TIDUR karya Regina Brett yang akan dikirimkan ke alamat masing-masing peserta paling lambat 25 Maret 2012

Sabtu, 07 Januari 2012

Cerpen "Setan Telanjang Mencari Pakaian"

Cerpen pemenang pertama pada Lomba Penulisan Cerpen Unit Kegiatan Kerohanian Islam UNESA~ Desember 2011


Setan Telanjang Mencari Pakaian
Oleh: Siti Nur Banin
Benar-benar aku ingin menertawai mereka sampai terkencing-kencing. Tahulah aku sekarang jika setan itu tak hanya berrupa setan. Ada yang berseragam batik-batik, lakunya sopan, senyumnya ramah, rupanya setan. Ada yang setiap tahun gambarnya dicoblos rakyat saat pemilu, ternyata setan. Ada juga yang pakai sarung, lengkap dengan peci juga tasbih di tangan, eh, setan juga. Nah, yang di depanku inilah yang paling menggelikan, tadi siang barusan kudengar bibirnya berceloteh panjang lebar menyoal kegiatan TQQ. Katanya, dia masuk jilid IV, katanya lagi, jilid IV itu kumpulan anak-anak yang pandai mengaji, berilmu tinggi, juga berakhlak mulia. Berakhlak mulia? Oh, betapa ingin kucari arti kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Apa berakhlak mulia itu adalah yang bermalam-mingguan berdua di atas motor di depan gerbang UNESA? Menggelikan sekali. Inilah setan yang pinjam seragam. Seragamnya siapa? Ahli surga barang kali! Apa itu ahli surga? Haha, setan sepertiku mana tahu!
            Bukannya aku sok menilai, apa lagi sok suci. Ah, aku justru lebih setan dari yang setan. Aku juga bermalam-mingguan bersama pacar di depan gerbang UNESA, juga berangkul-rangkulan, juga bermesra-mesraan, juga bermanja-manjaan. Hanya saja aku tak pinjam seragam. Aku setan, maka baju setanlah yang kupakai. Kitab setanlah yang kubaca. Tabiat setan pula yang kuperlihatkan. Tak seperti mereka itu, bilangnya saja pandai mengaji, bilangnya saja TQQ jilid IV, akhlaknya mulia, lhah, berangkul-rangkulan seperti itu apa juga bagian dari akhlak mulia? Menggelikan sekali! Kalau setan, setan saja! Jangan pinjam seragam!